Tradisi Munggahke Molo di Lumbung Mataraman Guwosari
Tradisi adat budaya Jawa sangatlah beragam, salah satunya adalah tradisi "Munggahke Molo". Munggahke Molo merupakan kegiatan yang sangat sakral dalam pembangunan sebuah rumah menurut adat istiadat jawa.
Kalurahan Guwosari melalui kegiatan pembangunan Lumbung Mataraman di kawasan Eduwisata budaya dan sejarah mengelar upcara tradisi Munggahke Molo untuk Ikon Lumbung Mataraman yang dilaksanakan pada: Kamis Pahing, 24 Agustus 2023. Hari yang dipilih tidak asal dipilih tetapi telah melalui banyak perhitungan.
Dalam pelaksanaannya juga diperlukan umborampe (kelengkapan). Umborampe yang dibutuhkan antara lain:
1. Tebu (mantebe kalbu atau kemantapan hati) sebagai harapan dan doa agar tempat ini senantiasa beristiqamah dalam melakukan kebaikan layaknya pangkal tebu yang tegak menopang batang tebu.
2. Pari sak unting : Memiliki makna sebagai harapan dan doa agar tempat ini dapat menggapai kejayaan dan kemakmuran kemudian
setelah mencapai kemakmuran tersebut, layaknya padi yang semakin menguning dan berisi semakin menunduk (tawadhu') tidak sombong
3. Kelapa : Sama halnya dengan tanaman kelapa yang setiap bagian tubuhnya memiliki manfaat, tempat ini juga diharapkan dapat menjadi keluarga yang kuat dan dapat bermanfaat untuk sesama (rahmatan lil 'alamin)
4. Jagung : selalu melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan
5. Jajanan Pasar, ingkung, pisang : Sebagai panjatan rasa syukur, untuk menyambung silaturahmi
6. Uang koin: Dimaknai agar rejeki tempat ini melimpah
7. Bendera (nasionalisme) : Rasa syukur terhadap kemerdekaan, kain ini bertujuan menumbuhkan jiwa nasionalisme.
Meski dilakukan ditengah terik matahari tetapi pelaksanaan berlangsung lancar mulai dari doa bersama hingga diakhiri dengan makan bersama dengan para tukang yang membangun Lumbung Mataraman.
Â
Tradisi adat budaya Jawa sangatlah beragam, salah satunya adalah tradisi "Munggahke Molo". Munggahke Molo merupakan kegiatan yang sangat sakral dalam pembangunan sebuah rumah menurut adat istiadat jawa.
Kalurahan Guwosari melalui kegiatan pembangunan Lumbung Mataraman di kawasan Eduwisata budaya dan sejarah mengelar upcara tradisi Munggahke Molo untuk Ikon Lumbung Mataraman yang dilaksanakan pada: Kamis Pahing, 24 Agustus 2023. Hari yang dipilih tidak asal dipilih tetapi telah melalui banyak perhitungan.
Dalam pelaksanaannya juga diperlukan umborampe (kelengkapan). Umborampe yang dibutuhkan antara lain:
1. Tebu (mantebe kalbu atau kemantapan hati) sebagai harapan dan doa agar tempat ini senantiasa beristiqamah dalam melakukan kebaikan layaknya pangkal tebu yang tegak menopang batang tebu.
2. Pari sak unting : Memiliki makna sebagai harapan dan doa agar tempat ini dapat menggapai kejayaan dan kemakmuran kemudian
setelah mencapai kemakmuran tersebut, layaknya padi yang semakin menguning dan berisi semakin menunduk (tawadhu') tidak sombong
3. Kelapa : Sama halnya dengan tanaman kelapa yang setiap bagian tubuhnya memiliki manfaat, tempat ini juga diharapkan dapat menjadi keluarga yang kuat dan dapat bermanfaat untuk sesama (rahmatan lil 'alamin)
4. Jagung : selalu melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan
5. Jajanan Pasar, ingkung, pisang : Sebagai panjatan rasa syukur, untuk menyambung silaturahmi
6. Uang koin: Dimaknai agar rejeki tempat ini melimpah
7. Bendera (nasionalisme) : Rasa syukur terhadap kemerdekaan, kain ini bertujuan menumbuhkan jiwa nasionalisme.
Meski dilakukan ditengah terik matahari tetapi pelaksanaan berlangsung lancar mulai dari doa bersama hingga diakhiri dengan makan bersama dengan para tukang yang membangun Lumbung Mataraman.
Â
Â
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin