KKN-K Kembang Putihan: Ziarah ke Makam Mengger, Makam Kyai Thohir dan Makam Panembahan Bodho Pandak
Bantul - Pada hari Minggu, tanggal 24 Maret 2024, Tim KKN Konversi dari UIN Sunan Kalijaga melaksanakan serangkaian kegiatan bersejarah di Desa Kembang Putihan, Pajangan. Dalam upaya untuk menelusuri jejak sejarah Islam Pajangan, tim melakukan ziarah ke makam Mengger, sebuah situs yang mengandung makna mendalam bagi masyarakat setempat. Di sini, tim menemukan dua makam kuno yang terbungkus lawon (tirai) putih, yaitu makam Mbah Kyai Jangkewuh dan Mbah Kyai Jogo. Kedua makam ini dipercayai sebagai tempat peristirahatan terakhir para sesepuh desa Kembang Putihan.
Tirai putih yang melindungi kedua makam ini ternyata memiliki makna simbolis yang dalam. Masyarakat setempat mengganti tirai putih tersebut setiap tanggal 20 Sya'ban dalam rangkaian kegiatan Nyadran, sebagai bentuk penghormatan dan kepercayaan kepada para sesepuh yang telah berjasa bagi desa mereka. Selain itu, tim juga mencatat bahwa nisan-nisan kuno di sekitar makam tersebut telah diganti dengan nisan baru yang lebih kokoh, menggantikan nisan kayu asli yang sudah lapuk oleh waktu.
Pengamatan dan dokumentasi yang teliti dilakukan oleh tim tidak hanya untuk kepentingan penelitian, tetapi juga sebagai langkah konkret dalam melestarikan warisan budaya dan sejarah yang ada. Hal ini sejalan dengan semangat pengabdian masyarakat yang diusung oleh KKN Konversi UIN Sunan Kalijaga, yang tidak hanya berfokus pada pembelajaran akademis, tetapi juga pada kontribusi nyata kepada masyarakat.
Setelah itu, tim melanjutkan perjalanan mereka menuju makam Mbah Kyai Tohir, seorang ulama yang meninggalkan jejak besar dengan membangun sebelas masjid di tiga kecamatan berbeda. Tidak jauh dari sana, Tidak jauh dari makam Mbah Kyai Tohir, terletak makam Panembahan Bodho di Pasarean Makam Sewu. Tim juga mengunjungi dan melaksanakan ziarah di tempat ini serta membaca doa tahlil di makam tesebut. Makam ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi Panembahan Bodho (Raden Trenggono), putra adipati Terung 1 yang wafat pada tahun 1600 M. Tempat ini bukan hanya destinasi spiritual, tetapi juga menjadi tempat pemakaman umum yang kerap dikunjungi oleh para peziarah yang ingin menghormati dan mengenang tokoh berpengaruh tersebut.
Kegiatan ziarah ini diakui sebagai langkah konkret dalam mengenali dan menghargai warisan budaya dan sejarah lokal. Semangat pengabdian yang diperlihatkan oleh Tim KKN Konversi UIN Sunan Kalijaga menjadi cerminan dari komitmen mereka dalam menjaga dan memperkaya pengetahuan akan warisan nenek moyang. Semoga langkah-langkah pelestarian seperti ini dapat terus menginspirasi generasi-generasi yang akan datang untuk menjaga keberlanjutan dan kelestarian sejarah dan budaya lokal. (Kho & Liza)
Reporter: Nurhaliza
Editor: Khodijatul Kubro
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin