KKN Konversi Pajangan: Penelusuran Masjid Kiai Thohir

20 Mei 2024
KKN UIN
Dibaca 162 Kali

Minggu (19 Mei 2024), kelompok KKN-Konversi UIN Sunan Kalijaga kembali melakukan penelitian jejak sejarah. Namun, berbeda dengan sebelumnya yang mana penelusuran dilakukan di lingkup Desa Guwosari, penelusuran kali ini dilakukan di beberapa desa di kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul. 

Penelitian kali ini bertujuan untuk menelusuri sejarah beberapa masjid peninggalan Kiai Thohir di Kecamatan Pandak, yaitu Masjid Mursyidullah, Masjid Thariqul Huda, dan Masjid Jadullah. Ketiganya berada di desa yang berbeda, Masjid Mursyidullah terletak di Jl. Srandakan, Pandak Wijirejo, Masjid Thariqul Huda terletak di Gesikan, Wijirejo, dan Masjid Jadullah terletak di Desa Tirto. Selain tiga masjid di atas, secara tidak sengaja kami juga menemukan sebuah masjid tua peninggalan Panembahan Bodo di Kauman, Kecamatan Bantul, yaitu Masjid Sabilul Rasyad.

Di Masjid Mursyidullah, kami berhasil mewawancarai Bapak H. Mulyanto selaku imam dan pengurus masjid. Beliau menyatakan bahwa Masjid Mursyidullah pertama kali dibangun oleh Kiai Thohir bersama masyarakat pada tahun 1960 an dan masih berupa mushola sederhana. Baru pada tahun 1967-1969 dilakukan renovasi pertama dan dibangun sebuah masjid berukuran 7x11 m2, serta sudah mulai digunakan untuk sholat Jumat. Tahun 1989 masjid kembali direnovasi, pada tahun ini dilakukan renovasi besar-besaran sehingga masjid berubah total dan tidak ada peninggalan Kiai Thohir yang tersisa. Seiring berjalannya waktu, Masjid Mursyidullah terus dilakukan perbaikan dan renovasi sehingga semakin luas.

Seperti masjid-masjid pada umumnya, di Masjid Mursyidullah juga dilaksanakan TPA sehabis maghrib untuk anak-anak sekitar yang diajar langsung oleh Bapak H. Mulyanto. Terdapat beberapa tradisi keagamaan yang berjalan di Masjid Mursyidullah, seperti pengajian Senin Pahing, pembacaan sholawat Nariyah setiap malam Jumat, dan sima’an Al-Quran di malam Jumat Kliwon. 

Selanjutnya ada Masjid Jadullah yang terletak di Tirto, Kecamatan Bantul. Masjid ini pada mulanya adalah sebuah mushola yang telah ada sebelum tahun 1965 dan baru dibangun menjadi masjid pada tahun 1975. Masjid ini, meski telah mengalami beberapa kali renovasi, tetapi masih terdapat peninggalan dari Kiai Thohir, yaitu kubah masjid dan kentongan tua. Beberapa tradisi keagamaan masih terjaga di Masjid Jadullah, seperti pengajian Kamis Pahing, simaan Al-Quran, sholawat setiap malam jumat, dan pembacaan tahlil sebanyak 77.000x. 

Kemudian ada Masjid Thariqul Huda di Gesikan, namun sayangnya tidak banyak informasi yang bisa didapatkan karena tidak adanya masyarakat maupun takmir yang mengetahui tentang sejarah masjid ini. 

Seperti yang disebutkan di atas, secara tidak sengaja kami juga menemukan sebuah masjid bersejarah peninggalan Panembahan Bodo, yaitu Masjid Sabilul Rosyad. Panembahan Bodo sendiri adalah seorang pendakwah keturunan Prabu Brawijaya V dari Majapahit. Panembahan Bodo atau yang bernama asli Raden Aryo Banding merupakan putra dari Aryo Terung, cucu Adipati Aryo Damar Palembang, putra Brawijaya V. Panembahan Bodo adalah salah satu murid dari Sunan Kalijaga, dari Sunan Kalijaga juga beliau mendapatkan nama Raden Trenggono (berbeda dengan sultan ketiga Demak). Adapun gelar “Panembahan” didapatnya sebagai hadiah dari Panembahan Senopati atas jasanya membantu pembangunan Masjid Kotagede. Oleh karena itu, Masjid Sabilul Rosyad secara arsitektur memiliki kemiripan dengan Masjid Agung Kotagede, meskipun pada saat ini sudah banyak bagian dari Masjid Sabilul Rosyad yang berubah. 

Berdasarkan cerita yang beredar, masjid ini diperkirakan dibangun pada tahun 1857 M dan mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama dilakukan sekitar tahun 1900-an awal oleh pemerintah kolonial Belanda, adanya campur tangan Belanda inilah yang diduga menyebabkan ciri khas arsitektur Masjid Sabilul Rosyad hilang. Renovasi kedua dilakukan tahun 1980 dengan melakukan pelebaran luas masjid, dan renovasi terakhir tahun 1996. Meski ciri khas masjid sudah banyak yang hilang, namun beberapa bagian utama masjid masih asli sejak awal berdiri, yaitu kubah, bedug, mimbar, dan kayu usuk masjid (rangka atap).

Terdapat beberapa warisan budaya Panembahan Bodo yang masih terus dilestarikan hingga kini, yaitu pembacaan sholawat rodad selepas dzuhur di hari raya idul fitri. Pembacaan Maulid Jawi pada Selasa Kliwon, bodo kupat (lebaran ketupat), dan takjil bubur.