Strategi Inovatif dalam Pengelolaan Sampah Kelurahan Guwosari

02 Oktober 2024
KKN UNY
Dibaca 145 Kali
Strategi Inovatif dalam Pengelolaan Sampah Kelurahan Guwosari

Strategi Inovatif dalam Pengelolaan Sampah Kelurahan Guwosari: Analisis Pemilahan Sampah dan Penggunaan Abu Sampah Popok 

Kelurahan Guwosari telah mengimplementasikan program pengelolaan sampah dengan inisiatif program GO HOME (Guwosari Hobi Memilah Sampah) yang mewajibkan masyarakat untuk memilah sampah menjadi tiga kategori utama: sampah bosok, sampah rosok, dan sampah popok. Program GO HOME bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pemilahan sampah melalui berbagai kegiatan edukatif dan insentif. Berikut adalah hasil pemilahan dan pengelolaan untuk masing-masing jenis sampah.

Sampah Bosok

Sampah bosok mencakup limbah dapur atau sisa makanan yang mudah membusuk dalam waktu dua hari, seperti sayuran, buah-buahan, dan sisa makanan lainnya. Untuk mengelola sampah bosok, Kelurahan Guwosari menggunakan metode maggot black soldier fly (BSF). Sampah bosok dikumpulkan secara terpisah oleh setiap rumah tangga. Sampah bosok kemudian dibawa ke fasilitas pengolahan yang menggunakan larva lalat tentara hitam (BSF) untuk menguraikan sampah organik. Larva ini sangat efisien dalam mengkonsumsi.

sampah organik dan mengurainya menjadi biomassa yang kaya protein. Larva BSF yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pakan ternak, sementara sisa sampah yang terurai menjadi kompos berkualitas tinggi yang digunakan sebagai pupuk organik untuk pertanian.

Gambar    1.   Pengelolaan   Sampah   Bosok (Maggot BSF)

Sampah Rosok

Sampah rosok terdiri dari bahan- bahan yang dapat didaur ulang seperti kertas, kardus, botol, kaleng, besi, dan plastik. Warga diminta untuk mengumpulkan sampah rosok secara terpisah di rumah mereka. Sampah rosok yang terkumpul dipilah lebih lanjut berdasarkan jenisnya di tempat pengumpulan sampah desa. Setelah dipilah, sampah ini dijual ke pabrik daur ulang atau pengepul sampah untuk didaur ulang menjadi produk baru.

Gambar 2. Pengelolaan Sampah Rosok.

Sampah Popok

Sampah popok mencakup popok sekali pakai, pembalut, masker, kain, styrofoam, dan tisu. Inovasi dalam pengelolaan sampah popok ini menunjukkan hasil yang signifikan. Warga.

Mengumpulkan sampah popok secara terpisah dari jenis sampah lainnya. Sampah popok dibakar di fasilitas yang dirancang khusus untuk menangani limbah jenis ini, memastikan proses pembakaran aman dan tidak mencemari lingkungan. Abu yang dihasilkan dari proses pembakaran kemudian digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan paving block. Campuran ini membantu mengurangi volume sampah dan memberikan nilai tambah dari limbah yang sebelumnya dianggap tidak berguna

Gambar 3. Tungku Pembakaran dan Hasil Paving Block dari Sampah Popok

 

Rumah-rumah yang mengikuti program ini diberikan stiker GO HOME yang ditempel di halaman depan. Stiker ini menandakan bahwa penghuni rumah tersebut sudah mengikuti program pemilahan sampah, memudahkan identifikasi dan pemantauan oleh petugas kebersihan

Gambar 4. Stiker GO HOME

Pembahasan

Program pengelolaan sampah di Kelurahan Guwosari  telah diimplementasikan dengan mengharuskan masyarakat untuk memilah sampah mereka menjadi tiga kategori utama: sampah bosok, sampah rosok, dan sampah popok. Meskipun berbagai upaya sosialisasi dan edukasi telah dilakukan, partisipasi masyarakat dalam memilah sampah masih terbilang rendah. Banyak warga yang masih terbiasa dengan cara lama dalam membuang sampah tanpa memilahnya. Edukasi yang sudah diberikan belum sepenuhnya efektif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah. Selain itu, keterbatasan fasilitas dan infrastruktur, seperti kurangnya tempat sampah terpisah di rumah-rumah, juga menjadi kendala yang cukup signifikan. Beberapa warga juga merasa tidak ada insentif yang cukup kuat untuk melakukan pemilahan sampah, sehingga mereka tidak termotivasi untuk ikut serta.

Meskipun menghadapi tantangan tersebut, program ini juga mengusung inovasi dalam pengelolaan sampah popok yang tidak mudah terurai. Sampah popok, yang mencakup popok sekali pakai, pembalut, masker, kain, styrofoam, dan tisu, dikumpulkan secara terpisah oleh warga. Sampah ini kemudian dibakar di fasilitas yang aman dan ramah lingkungan, menghasilkan abu yang digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan paving block untuk jalan. Proses ini melibatkan beberapa tahap: pengumpulan sampah popok oleh warga, pembakaran sampah di fasilitas yang aman, pengolahan abu menjadi bahan campuran, dan akhirnya produksi paving block yang siap digunakan.

 

Pengelolaan sampah popok ini

 

telah           menunjukkan           beberapa keberhasilan dan manfaat. Pembakaran Sampah popok berhasil mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir, mengurangi tekanan pada fasilitas tersebut. Pemanfaatan abu dari pembakaran sampah popok juga memberikan nilai tambah, karena abu tersebut diolah menjadi paving block yang digunakan untuk perbaikan dan pembangunan jalan di kelurahan. Hal ini tidak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga meningkatkan infrastruktur lokal, memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

Untuk meningkatkan efektivitas program, beberapa langkah perlu dilakukan. Pertama, program edukasi dan sosialisasi harus lebih intensif dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Kampanye yang menarik dan informatif dapat membantu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya memilah sampah. Kedua, penyediaan fasilitas yang memadai, seperti tempat sampah terpisah di setiap rumah dan fasilitas umum, perlu diperhatikan. Ketiga, memberikan insentif bagi warga yang aktif dalam memilah sampah dan menerapkan sanksi bagi yang tidak mematuhi aturan juga bisa menjadi langkah efektif. Keempat, kerjasama dengan industri daur ulang dan produsen paving block perlu dibangun untuk memastikan kesinambungan program.

Dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, Kelurahan Guwosari dapat mengatasi tantangan pengelolaan sampah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat. Inovasi seperti penggunaan abu dari sampah popok untuk pembuatan paving block menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, limbah dapat diubah menjadi sumber daya yang berharga, memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat.

 

KESIMPULAN

Program pengelolaan sampah di Kelurahan Guwosari, yang mencakup pemilahan sampah menjadi kategori bosok, rosok, dan popok, menghadapi tantangan signifikan dalam hal partisipasi masyarakat. Meskipun upaya sosialisasi dan edukasi telah dilakukan, banyak warga masih enggan mengikuti program pemilahan sampah, sebagian besar karena kebiasaan lama, kurangnya kesadaran, dan keterbatasan fasilitas.

Namun, inovasi dalam pengelolaan sampah popok, yang melibatkan pembakaran sampah untuk menghasilkan abu dan pemanfaatannya dalam pembuatan paving block, menunjukkan hasil yang positif. Penggunaan abu sebagai bahan campuran paving block tidak hanya mengurangi volume sampah yang harus dibuang, tetapi juga meningkatkan infrastruktur lokal dengan paving block yang dihasilkan. Untuk meningkatkan efektivitas program, diperlukan langkah- langkah tambahan seperti peningkatan edukasi dan sosialisasi, penyediaan fasilitas yang memadai, serta pemberian insentif bagi warga yang aktif dalam pemilahan sampah. Dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, Kelurahan Guwosari dapat mengatasi tantangan pengelolaan sampah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

 

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan artikel ini. Terima kasih kepada Pemerintah Desa Kelurahan Guwosari yang telah memberikan dukungan penuh dan informasi yang dibutuhkan. Terima kasih kepada warga

 

Kelurahan Guwosari yang telah bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini dan berbagi pengalaman mereka dalam pengelolaan sampah.

Dokumen Lampiran

Artikel GO HOME