Malam Tirakatan : Tradisi Memperingati 17 Agustus di Padukuhan Kalakijo

20 Agustus 2024
KKN UNY
Dibaca 159 Kali
Malam Tirakatan : Tradisi Memperingati 17 Agustus di Padukuhan Kalakijo

Kalakijo merupakan sebuah padukuhan di Kalurahan Guwosari yang masih memegang teguh tradisi leluhur. Setiap 2 tahun sekali selalu menggelar acara malam tirakatan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia. Acara ini bukan sekadar bentuk perayaan, tetapi juga sebagai momen refleksi dan doa bersama untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah berjuang demi kemerdekaan. Masyarakat Kalakijo percaya bahwa malam sebelum 17 Agustus adalah waktu yang tepat untuk merenung dan bersyukur atas kemerdekaan yang telah diraih.

Malam tirakatan di Padukuhan Kalakijo biasanya dimulai dengan tahlilan bersama. Seluruh warga, dari anak-anak hingga orang tua, berkumpul di halaman rumah salah satu tokoh masyarakat untuk melantunkan doa-doa dan zikir bersama. Suasana khidmat sangat terasa ketika lantunan tahlil menggema, menciptakan atmosfer yang penuh dengan rasa syukur dan harapan agar bangsa Indonesia terus diberkahi kedamaian dan kesejahteraan.

Setelah acara tahlilan selesai, dilanjutkan dengan pembagian hadiah bagi para pemenang lomba yang telah diadakan sebelumnya. Lomba-lomba yang diadakan dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan dikelompokkan sesuai dengan kelompok umur. Lomba anak-anak meliputi lomba kerupuk gandul, pecah air, mewarnai hingga lomba baca puisi. Lomba bapak-bapak berupa lomba voli yang pertandingannya dilakukan antar RT. Sementara terdapat lomba memasak yang diikuti oleh ibu-ibu. Pemuda tidak ketinggalan memeriahkan hari kemerdekaan dengan lomba PS (Play Station). Selain itu, terdapat lomba badminton ganda campuran yang dipertarungkan antar RT. Pembagian hadiah ini menjadi momen yang paling dinanti oleh warga, terutama bagi para pemenang yang telah berjuang dengan penuh semangat dalam setiap perlombaan.

Acara pembagian hadiah ini bukan hanya sekadar memberikan penghargaan kepada para pemenang, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan kegembiraan seluruh warga. Setiap hadiah yang diberikan, meskipun sederhana, memiliki makna mendalam sebagai bentuk apresiasi dan rasa syukur atas partisipasi seluruh warga dalam menjaga semangat kemerdekaan. Momen ini juga mempererat tali silaturahmi antarwarga, menciptakan kebersamaan yang semakin erat di tengah perbedaan.

Sebagai penutup dari rangkaian acara malam tirakatan, para pemuda Padukuhan Kalakijo menampilkan permainan pekbung, sebuah tradisi musik khas yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Pekbung dimainkan oleh para pemuda dengan menggunakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu untuk menciptakan suara khas serta adanya lantunan suara penyanyi yang merdu. Musik pekbung ini menjadi daya tarik tersendiri, sekaligus menghidupkan suasana malam tirakatan dengan nuansa kebudayaan yang kental.

Permainan pekbung biasanya diiringi dengan nyanyian-nyanyian daerah. Para pemuda yang memainkan pekbung terlihat sangat antusias membawakan musik dengan penuh semangat. Penampilan ini selalu dinantikan oleh warga, karena pekbung bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi pengingat akan kekayaan budaya lokal yang harus dilestarikan.

Malam tirakatan di Kalakijo menjadi semakin meriah dengan adanya permainan pekbung ini. Suara musik yang mengalun sepanjang malam memberikan suasana yang hangat dan akrab di antara para warga. Ini juga menjadi momen di mana generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri, serta menjalin kedekatan dengan para sesepuh yang selalu mendukung pelestarian tradisi.

Dengan tahlilan, pembagian hadiah, dan permainan pekbung, malam tirakatan di Padukuhan Kalakijo menjadi perayaan 17 Agustus yang sarat akan makna dan kebersamaan. Perayaan ini tidak hanya merayakan kemerdekaan, tetapi juga menjaga dan melestarikan tradisi budaya yang menjadi identitas masyarakat Kalakijo. Di tengah perayaan yang meriah, warga desa senantiasa merenungkan arti kemerdekaan dan kebersamaan, sebagai warisan berharga bagi generasi yang akan datang.