Inovasi Pembelajaran Eksperimen Chemistry is Fun
Chemistry is Fun
Chemistry is fun adalah eksperimen sederhana yang dapat di lakukan oleh anak- anak. Eksperimen ini dilakukan untuk memberikan pembelajaran baru untuk mengenal ledakan gunung meletus dan gelembung lava pada gunung meletus. Melalui aktivitas ini, anak-anak tidak hanya belajar tentang fenomena gunung berapi, tetapi juga tentang bagaimana bahan-bahan kimia tertentu dapat menghasilkan perubahan fisik yang nyata. Eksperimen ini, anak-anak belajar bahwa cairan tidak selalu bisa bercampur, dan beberapa zat dapat berubah secara dramatis ketika mereka bereaksi. Meskipun konsep-konsep ilmiah yang mendasari eksperimen ini mungkin terlalu abstrak untuk anak-anak TK, pengalaman visual yang menarik membantu memupuk rasa ingin tahu mereka tentang sains.
Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini merupakan fase yang penting dalam perkembangan anak, di mana mereka mulai mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, dan emosional mereka. Pembelajaran diluar kelas merupakan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak usia dini dan dapat diingat seumur hidup karena bersentuhan langsung dengan alam yang dapat membuat anak merasa senang (Sadaruddin et al., 2023; Rika, 2022).
Salah satu aspek penting dalam pendidikan anak usia dini adalah pengenalan sains menurut (Mustika & Nurwidaningsih, 2018), pengenalan sains hendaknya dilakukan sejak usia dini dengan kegiatan yang menyenangkan dan melalui pembiasaan agar anak mengalami proses sains secara langsung, dan agar anak tidak hanya mengetahui hasilnya saja, tetapi juga dapat mengerti proses dan kegiatan sains yang dilakukan. Pembelajaran sains anak usia dini memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda, baik benda hidup maupun benda mati (Mustika & Nurwidaningsih, 2018). Sehingga, melalui pendekatan sains pada usia dini, anak-anak dapat memperoleh pemahaman awal tentang alam semesta dan cara kerja berbagai fenomena di sekitar mereka.
Keterampilan proses sains melibatkan kemampuan mengamati, bertanya, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis informasi, dan menarik kesimpulan. Anak dapat menggunakan keterampilan tersebut di kehidupannya sehari-hari sebagai pondasi untuk belajar di masa yang akan datang dan membangun masa depannya (Qonita, dkk, 2022). Salah satu metode yang sering digunakan adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan cara yang digunakan untuk menyajikan pembelajaran, dimana anak melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajarinya (Hikam & Nursari, 2020). Khaeriyah, dkk (2018) menyatakan metode eksperimen merupakan cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Sehingga dapat disimpulkan metode ini melibatkan kegiatan langsung anak dalam melakukan percobaan, pengamatan, dan penemuan. Melalui eksperimen, anak-anak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan objek nyata, mengamati perubahan yang terjadi, dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
- Lava Eruption
Memberikan ilmu pengetahuan dengan cara yang interaktif dan menarik sering kali menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan anak-anak tentang dunia di sekitar mereka. Salah satu eksperimen yang populer adalah simulasi letusan gunung berapi menggunakan bahan-bahan sederhana yang bisa menyerupai lava. Eksperimen ini tidak hanya memberikan kesenangan, tetapi juga membantu anak-anak memahami lebih dalam bagaimana proses letusan gunung berapi bekerja.
Baru-baru ini, di sebuah TK, eksperimen simulasi gunung berapi dilakukan sebagai bagian dari pelajaran untuk mengenalkan anak-anak pada fenomena alam vulkanik. Dalam eksperimen ini, para guru dan siswa membuat model gunung berapi sederhana dari bahan-bahan seperti cuka, pewarna makanan, sabun, soda kue dan menggunakan alat gelas sehingga dari percampuran tersebut dapat menciptakan efek lava.
Bahan-bahan yang digunakan:
- Gelas Kaca – sebagai pusat gunung berapi yang diilustrasikan sebagai gunung.
- Soda kue (baking soda) – sebagai bahan kimia utama untuk menciptakan "letusan".
- Cuka – cairan asam yang bereaksi dengan soda kue.
- Pewarna makanan merah – untuk memberikan efek visual seperti lava.
- Sabun cair (opsional) – untuk membuat "lava" lebih berbusa.
Eksperimen Gelembung Lava: Mengajarkan Anak-Anak Tentang Fenomena Letusan Gunung Berapi
Dalam upaya untuk memperkenalkan fenomena alam yang kompleks dengan cara yang mudah dipahami dan menyenangkan, eksperimen simulasi gelembung lava gunung meletus menjadi kegiatan yang populer di berbagai sekolah dan kegiatan belajar sains anak-anak. Eksperimen ini dirancang untuk mengajarkan dasar-dasar tentang bagaimana lava menggelembung dan meletus di permukaan gunung berapi, menggunakan bahan-bahan sederhana dan aman yang bisa ditemukan di rumah.
Eksperimen yang sudah dilaksanakan ujji coba kepada anak-anak TK Al-Khafi di Desa Pringgading dengan jumlah anak yang telah di berikan materi pembelajaran 60 orang dengan 5 guru TK. Dalam uji eksperimen ini dilakukan karena anak-anak TK Al-Kahfi masih mempelajari gunung bahwa gunung itu segitiga dengan menggunakan pola tangan yang dibentuk. Mak dari itu dari progrm individu saya ini saya memberikan edukasi langsung dan percobaan langsung terkati uji laca eruption.
Dari ketiga voto di atas tersebut, uji ekperimen lava eruption berhasil dilaksanakan oleh anak-anak TK-Alkahfi dengan tetap menggunakan perlindungan sarung tangan lateks. Dengan adanya uji eksperimen ini Anak-anak belajar tentang reaksi kimia dasar antara asam (cuka) dan basa (soda kue), serta bagaimana gas karbon dioksida terbentuk dari reaksi tersebut. Ini adalah cara sederhana untuk memperkenalkan konsep ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun simulasi ini jauh dari kondisi nyata gunung berapi, anak-anak mulai mengerti konsep dasar tentang bagaimana lava keluar dari gunung berapi dan bagaimana letusan terjadi karena tekanan di dalam bumi. Eksperimen ini biasanya dilakukan dalam kelompok kecil, sehingga mendorong kerja sama, komunikasi, dan kreativitas di antara anak-anak saat mereka merancang dan melaksanakan proyek mereka. Dengan membuat eksperimen ini menyenangkan, anak-anak diajak untuk lebih penasaran tentang fenomena alam lainnya, membuka pintu untuk eksplorasi lebih lanjut dalam sains.
- Lava Lamp
Apa Itu Gelembung Lava?
Di dunia nyata, gelembung lava terbentuk ketika gas yang terperangkap dalam magma naik ke permukaan. Ketika gunung berapi meletus, tekanan dari gas tersebut menyebabkan magma menggelembung hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan lava. Proses ini sering terlihat di permukaan aliran lava yang lebih cair, seperti yang terjadi di gunung berapi tipe perisai seperti di Hawaii.
Dalam eksperimen dengan anak-anak, konsep ini diadaptasi menggunakan reaksi kimia yang bisa menghasilkan gelembung dan "letusan" kecil yang menyerupai lava menggelembung.
Eksperimen Gelembung Lava Bersama Anak-Anak
Di salah satu sekolah dasar di kota Bandung, para guru sains bekerja sama dengan siswa untuk melakukan eksperimen sederhana yang meniru gelembung lava. Eksperimen ini menggunakan bahan-bahan sehari-hari seperti soda kue, minyak, dan pewarna makanan untuk menciptakan efek lava yang menggelembung.
Bahan-bahan yang digunakan:
- Soda kue – bertindak sebagai agen yang bereaksi.
- Cuka – sebagai cairan asam untuk memulai reaksi kimia.
- Minyak sayur – untuk menciptakan lapisan yang menyerupai aliran lava cair.
- Pewarna makanan merah atau oranye – untuk memberikan warna khas seperti lava.
- Air – sebagai pelarut untuk campuran soda kue.
- Sabun cair (opsional) – untuk menghasilkan lebih banyak gelembung.
- Obat Effervesant- untuk memberikan reaksi gelembung pada uji coba eksperimen.
Anak-anak yang berpartisipasi dalam eksperimen ini mengungkapkan kegembiraan mereka. Salah satu siswa, Budi, yang berusia 10 tahun, mengatakan, "Gelembung lavanya keren! Aku senang bisa melihat bagaimana lava bisa menggelembung seperti di gunung berapi sungguhan." Anak-anak lainnya juga menikmati bagian di mana mereka bisa memilih warna untuk lavanya sendiri, menjadikannya lebih personal dan menyenangkan.
Anak-anak belajar bagaimana reaksi kimia antara asam (cuka) dan basa (soda kue) menghasilkan gas karbon dioksida. Gas ini yang menyebabkan gelembung-gelembung terbentuk, mirip dengan gelembung gas yang menyebabkan letusan di gunung berapi nyata. Anak-anak juga diperkenalkan pada konsep dasar tentang tekanan gas di dalam bumi. Seperti halnya gas karbon dioksida yang terperangkap dalam eksperimen ini, di gunung berapi nyata, gas yang terperangkap dalam magma menyebabkan tekanan yang akhirnya memicu letusan. Melalui eksperimen ini, anak-anak tidak hanya mempelajari konsep secara teori tetapi juga melihat langsung bagaimana reaksi tersebut bekerja. Ini membantu mereka menghubungkan pengetahuan dengan pengamatan langsung.
Eksperimen Pembakaran Bubuk Peka dan Gliserin Bersama Anak-Anak: Cara Menarik Memahami Reaksi Kimia
Baru-baru ini, sebuah eksperimen pembakaran dengan menggunakan bubuk peka dan cairan gliserin dilakukan dalam sebuah acara belajar sains bersama anak-anak di sekolah dasar. Eksperimen ini bertujuan untuk memperkenalkan konsep dasar reaksi kimia, khususnya eksoterm (reaksi yang menghasilkan panas), dengan cara yang aman dan terkontrol. Meskipun eksperimen ini melibatkan pembakaran, semua langkah dilakukan dengan pengawasan ketat oleh guru dan orang tua untuk memastikan keselamatan anak-anak.
Apa Itu Bubuk Peka dan Gliserin?
Dalam eksperimen ini, bubuk peka yang digunakan biasanya adalah kalium permanganat (KMnO₄), yaitu zat kimia yang umum ditemukan di laboratorium sekolah dan sering digunakan dalam berbagai reaksi kimia. Bubuk ini dikenal reaktif dan dapat menghasilkan reaksi eksotermal yang dramatis saat bercampur dengan bahan-bahan tertentu, salah satunya adalah gliserin.
Gliserin adalah cairan kental, tidak berwarna, dan tidak beracun yang biasa digunakan dalam produk kosmetik dan farmasi. Namun, saat dicampur dengan kalium permanganat, gliserin memicu reaksi pembakaran spontan karena reaksi kimia yang eksotermis, yaitu reaksi yang menghasilkan panas dengan cepat dan menimbulkan api.
Prosedur Eksperimen
Eksperimen ini dilakukan di bawah bimbingan guru sains yang berpengalaman, dengan memastikan semua langkah berjalan dengan aman. Berikut adalah tahapan eksperimen yang dilakukan:
Bahan-bahan yang digunakan:
- Kalium permanganat (bubuk peka) – Sebagai zat oksidator yang memicu pembakaran.
- Gliserin (cairan) – Sebagai bahan bakar yang memulai reaksi kimia.
- Piring tahan panas – Untuk tempat mencampurkan bahan dan mencegah kerusakan permukaan meja atau lantai.
- Sarung tangan dan kacamata pelindung – Untuk keselamatan siswa dan pengawas.
- Air – Sebagai alat pemadam kebakaran darurat.
Anak-anak belajar bahwa beberapa reaksi kimia, seperti pencampuran kalium permanganat dan gliserin, menghasilkan panas dalam jumlah besar yang cukup untuk memicu pembakaran. Ini memberikan gambaran dasar tentang bagaimana energi kimia dihasilkan dan dilepaskan dalam bentuk panas. Anak-anak juga diperkenalkan pada konsep pembakaran spontan, di mana zat kimia dapat terbakar tanpa adanya api eksternal. Ini membantu mereka memahami bagaimana reaksi-reaksi tertentu dapat berbahaya jika tidak dikelola dengan benar. Selain aspek ilmiah, eksperimen ini juga merupakan kesempatan untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya keselamatan dalam bekerja dengan bahan kimia. Mereka belajar tentang pentingnya memakai alat pelindung diri dan bekerja di lingkungan yang terkontrol saat melakukan eksperimen yang melibatkan reaksi pembakaran.
Kesimpulan
pembelajaran yang visual dan interaktif sangat efektif untuk anak-anak TK. Letusan gunung berapi dan lava lamp bukan hanya menyenangkan, tetapi juga mampu memperkenalkan konsep-konsep ilmiah dasar seperti reaksi kimia, pembentukan gas, dan perbedaan densitas. Penggunaan bahan-bahan yang aman dan mudah ditemukan juga menjadikan eksperimen ini ideal untuk kelompok usia dini.
pengalaman edukatif yang menarik dan menyenangkan. Meskipun anak-anak TK masih berada pada tahap awal pembelajaran, eksperimen ini berhasil memperkenalkan konsep dasar sains melalui demonstrasi visual yang mudah dipahami.
Dengan bimbingan yang tepat, anak-anak TK dapat mulai mengembangkan ketertarikan pada sains melalui kegiatan sederhana yang membangkitkan rasa ingin tahu alami mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Mustika, Y., & Nurwidaningsih, L. (2018). Pengaruh Percobaan Sains Anak Usia Dini terhadap Perkembangan Kognitif Anak di TK Kartika Siwi Pusdikpal Kota Cimahi. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 91. https://doi.org/10.31004/obsesi.v2i1.12
Qonita Mulyana, Hendri Edi, Loita, Aini. Masum, N. (2022). Pengembangan Science Didactical Book Untuk Menumbuhkan Keterampilan Proses Sains Anak Usia Dini. Perpustakaan.I, 6(6), 5–24. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2010
Hikam, F. F., & Nursari, E. (2020). Analisis Penggunaan Metode Eksperimen Pada Pembelajaran Sains Bagi Anak Usia Dini. Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 1(2), 38–49. https://doi.org/10.37985/murhum.v1i2.14
Khaeriyah, E., Saripudin, A., & Kartiyawati, R. (2018). Penerapan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini. AWLADY : Jurnal Pendidikan Anak, 4(2), 102. https://doi.org/10.24235/awlady.v4i2.3155
Sadaruddin, S., Ahmad, A., Jabu, B., Syamsuardi, S., Usman, U., & Hasmawaty, H. (2023). Development of Design, Explain, Development, And Evaluation-Project Based Learning (DEDEn-PjBL) Model in Stimulating Children’s Creativity. Journal of Research and Multidisciplinary, 6(2), 770- 786. https://doi.org/10.5281/jrm.v6i2.81
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin